Cinta itu indah....
A'uudzu billahi minasy syaithanirrajim
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma salli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi
wasallim
Cinta itu Indah
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim 'Adil Al-Haqqani
dalam Rising Sun
Cinta bagi Allah dan bagi para hamba-Nya adalah sangat indah. Jika
engkau mengerjakan sesuatu dengan cinta, Allah akan menerimanya dan
membuatnya terasa menyenangkan bagimu. Jika engkau mencintai
pekerjaanmu, akan lebih mudah mengerjakannya, sebaliknya jika tidak,
ia akan membebanimu. Allah SWT berfirman, "Aku tidak membutuhkan
ibadahmu, Aku hanya mencari cinta yang engkau berikan." Wahai orang
yang beriman, engkau tidak boleh mengabaikan yang satu ini. Jangan
seperti budak yang mendayung dalam kapal layar, jika engkau salat,
lakukanlah dengan cinta, bukannya dengan terpaksa, seolah-olah ada
seorang pengawas yang mengawasimu dengan cambuk di tangannya. Allah
tidak akan menghargai ibadah seperti itu. Sekarang kita mencoba untuk
melaksanakan semua praktek-praktek ibadah yang telah dianjurkan,
tetapi lupa untuk memohon cinta Allah sehingga kita akhirnya hanya
bagaikan seonggok robot mekanik atau seperti seseorang yang melakukan
senam belaka.
Allah telah menyuruh kita menggunakan tubuh kita untuk beribadah dan
melayani hamba yang lain dengan jalan sadaqah dan melakukan perbuatan
baik lainnya. Apa yang akan menjadi buah dari tindakan tersebut? Jika
bukan cinta, tentu itu adalah buah yang pahit dan tidak diterima.
Jika ibadah kita menyebabkan cinta kepada Allah tumbuh dalam hati
kita, maka kita harus menjaganya dan melanjutkan praktek ibadah itu
dalam hidup kita. Jika kita tetap memelihara hubungan dengan guru
spiritual kita, dan merasa bahwa dengan menjaga hubungan ini, cinta
kita terhadap Allah semakin tumbuh, maka kita pun harus mendekatkan
diri kita kepadanya.
Cinta kepada Allah tidak mudah didapat, karena kita tidak bisa
membayangkan-Nya, sehingga Allah SWT mengutus Nabi-Nabi untuk
mewakili cinta-Nya. Kekasih Allah, Rasulullah Muhammad sall-
Allahu 'alaihi wasallam adalah suatu medium yang murni untuk
mentransmisikan cinta itu, sehingga para sahabat demikian tenggelam
dalam cinta kepada beliau, dan dari situ terpindahkan menuju cinta
kepada Allah. Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam adalah wakil Allah,
yang merupakan Kebenaran Haqiqi. Karenanya, Rasulullah sall-
Allahu 'alaihi wasallam menyatakan, "Siapa yang telah melihatku,
berarti telah melihat Kebenaran Haqiqi."
Ketika suatu delegasi non-muslim mengunjungi Madinah, mereka
tercengang melihat cinta dan penghormatan yang diberikan para sahabat
kepada Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasllam. Ketika pulang mereka
lapor kepada pemimpinnya, "Kami telah banyak bertemu kaisar, raja,
dan kepala sukum, tetapi belum pernah kami melihat seorang pemimpin
yang pengikutnya begitu setia dan memperlakukannya dengan penuh
cinta." Bagaimana ini bisa terjadi? Mereka tidak pernah bisa memahami
rahasia cinta ini, sebagaimana ego mereka menyebabkan mereka menolak
kerasulan Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam. Cinta sahabat
kepada Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasallam begitu dalamnya
sehingga nereka sanggup mengatakan, "Kami rela berkorban untukmu, Yaa
Rasulallah, bahkan mengorbankan ayah dan ibu kami." Bagi orang Arab,
pernyataan seperti ini lebih bermakna ketimbang, "Aku rela berkorban
untukmu, Yaa Rasulallah." Kenyataannya, banyak dari mereka yang
menjalani penderitaan yang hampir tidak tertahankan demi iman mereka
kepada misi Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasllam, diasingkan, tidak
mendapat warisan, diboikot, disiksa, bahkan mati.
Siapa yang akan mewakili Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasallam di
dunia ini setelah beliau wafat? Mereka adalah orang-orang yang mampu
menimbulkan cinta seperti itu. Rasulullah sall-Allahu 'alaihi
wasallam sendiri memberikan gambaran bahwa siapa yang melihat mereka,
akan ingat kepada Allah. Siapa yang merasa haus akan cinta Allah
harus mencari orang-orang seperti itu. Sekarang ini kebanyakan dari
mereka tersembunyi, dan Islam saat ini telah bermakna sekedar sebagai
suatu set aturan-aturan perilaku dan bentuk-bentuk ritual - suatu
kerangka kosong. Siapa yang akan dapat memperoleh kenikmatan ruhaniah
dari hal semacam itu? Akankah masjid-masjid hanya menjadi gymnasium
(stadion senam)? Dan kini, bahkan para "guru senam"nya menentang
Jalan Sufi, yang merupakan jalur bagi hati, yang menuntun pada
Kecintaan pada Allah SWT.
Allah telah memberikan suatu instrumen untuk mengukur, bukan tekanan
darah, tetapi "tekanan cinta" kita dan target kita adalah untuk
membuat tekanan cinta itu semakin besar. Ya, carilah cara untuk
meningkatkannya setiap hari. Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda, "Siapa pun yang tidak mengalami peningkatan setiap
hari akan merugi." Apa artinya? Hal ini bukan berarti bahwa jika hari
ini engkau salat 40 raka'at, lalu besok menjadi 41 raka'at, dan lusa
42 raka'at. Tidak demikian. Apa yang diinginkan adalah agar engkau
melakukannya dengan penuh kecintaan kepada Allah, sehingga Dia akan
mengamati dan berkata, "Hamba-Ku telah mengirimkan cinta lebih banyak
daripada kemarin." Salah satu Grandsyaikh kita memberikan suatu
kesimpulan yang baik tentang apa yang saya coba katakan, "Sebutir
atom cinta lebih berharga daripada 70 tahun beribadah tanpa cinta."
Wa min Allah at-taufiq.
Sumbangan : MoHaMaD Ka
0 comments:
Post a Comment